Kamis, 17 Juli 2008

Pengaruh sinetron terhadap perkembangan remaja

Dengan marakaknya sinetron yang melibatkan cinta di usia remaja, membuat para pemirsa televisi di kalangan remaja di Indonesia khususnya, banyak mengikuti jejak para artis yang laksana nabi utusan itu. Padahal, pada awalnya itu cuma cerita yang disuguhkan untuk menghibur khalayak, namun sayang, fungsi itu sudah tidak mempunyai khasiat apa-apa kecuali keburukan moral dan penurunan segala bentuk kreatifitas, ketekunan belajar, dan tanggung jawab seorang siswa terhadap tugas sekolah, seorang anak terhadap diri dan orang tuanya, seorang hamba terhadap penciptanya. Pacaran pun sudah menjadi suatu tradisi bahkan kewajiban yang tak bisa ditinggalkan dalam kesehariannya.Orang yang tidak atau belum memiliki pacar dianggap asing, aneh, langka, dan tidak jarang di bilang kuno, kuper or kuper alias kurang pergaulan. Yang lebih parah lagi, hubungan suami-istri pun dilakukannya tanpa rasa malu atau rasa takut ! masyaAllah !. Dari segi berpakaian sekolah pun, mulai tidak menampakkan jati diri sebagai anak sekolah atau anak yang berpendidikan. Dengan rok diatas lutut, lengan baju yang sudah jelas pendek di lipat lagi biar keren maksudnya.

Lalu siapa yang harus bertanggung jawab ?. Pemerintah, pihak sekolah, orang tua, atau dirinya sendiri ?. Semuanya !. ya, semuanya harus bertanggung jawab !. kenapa ?

Begini saja....., kalau remaja Indonesia seperti itu, bagaimana negara kita yang tercinta ini di masa yang akan datang ?. Sudah jelas kalau yang namanya pejabat pemerintah banyak yang korupsi dan tidak adil, eeh...ditambah lagi dengan perilaku remaja yang tidak sepatutnya....waduh ! mau bagaimana lagi kita ? siapa yang diharapkan ?!

Tapi jangan pesimis dulu !. masih ada kok remaja kita yang berkarya, kreatif, dan berakhlak. Tapi perbandingannya sangat jauh sekali !

Lantas siapa yang patut disalahkan ? dan bagaimana solusinya ?

Sekarang bukan saatnya saling salah-menyalahkan. Yang jelas, kepada pemerintah... perlu adanya peraturan yang mengurus tentang itu. Misalnya, melarang cerita yang berkaitan dengan percintaan di masa remaja atau batasan usia pemain. Kepada pihak film/ sinetron, sekedar menunjukkan rasa kasih sayang bahwa kalian akan ada pertanggung jawabannya di akhirat nanti. Begitupun orang tua. Karena setiap orang adalah pengurus/ pemimpin, dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang di pimpinnya (mengutip dari sebuah hadits).

Siapapun kalian, saya percaya kalian masih punya iman. Agama apapun yang dianut kalian, saya yakin kalian masih punya moral dan motivasi untuk maju dan memajukan bangsa. Meskipun tidak dapat dipungkiri kita butuh uang, tapi jangan dijadikan alasan untuk menjadi bodoh dan membodohi orang !. Wewenang pemerintah adalah amanat. Ilmu yang dimiliki seorang Sineas adalah titipan. Anak dari seorang ibu/ ayah terlahir adalah ujian. Lalu... ?

Jangan takut copot dari jabatan kepemerintahan hanya karena adil dan bijaksana !

Jangan takut film/ sinetronnya tidak laku kalau tidak menampilkan adegan ciuman atau cinta sepasang remaja yang tak berdosa !

Jangan takut anaknya tidak pintar dan gaul kalau tidak mengikuti ajaran para selebriti !

Dan... bagi remaja sendiri, jangan pernah menjadi bunglon ! Be yourself !

kalian punya potensi yang dianugerahkan Tuhan. Renungi, gali dan kembangkanlah !.

Semoga negara kita semakin maju dengan diberdayakannya remaja generasi penerus yang mempunyai potensi-potensi yang unik dan berbeda serta membanggakan.

Tidak ada komentar: