Minggu, 06 Juli 2008

ISTIQAMAH

“maka Istiqamahlah (dalam beramal) sebagaimana yang diperintahkan kepadamu (dalam Al-Qur’an)”. ─ Hud (11) : 112 ─

Sebagian diantara kita ada yang belum atau kurang mengenal istilah/ kata ‘Istiqamah’. Kata ini berasal dari bahasa arab. Kalau dalam bahasa Indonesia, berarti teguh pendirian, tegak, atau konsisten. Tapi menurut para ulama, Istiqamah adalah tetapnya ketaatan kepada Allah SWT

Tidak jarang dan tidak sedikit orang yang goyah keimanannya, komitmen, serta prinsip hidupnya karena alasan-alasan semu meski kelihatannya luar biasa. Contoh, banyak. Seorang artis yang sudah mulai berani buka kerudung karena sudah bercerai dengan suaminya yang paham dalam bidang agama. Seorang kyai atau orang pintar yang terjun ke politik malah terlibat masalah suap dan korupsi. Seorang pemuda yang sebelumnya taat dalam beribadah dan tekun dalam belajar ilmu, setelah terjun ke dunia hiburan, sinetron, iklan, dan film, sholatnya banyak tertinggal, puasanya, serta kegiatan-kegiatan yang lainnya menjadi tidak berkualitas. Masih banyak lagi contoh-contoh yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Ada apa dengan semua ini ?!. Semua disebabkan ketidak konsistenannya dalam menjaga komitmen, memelihara niat, serta tidak konsekuen mengaktualisasikan tujuan semula.

Penyebab ketidak istiqamahannya beragam. Selain dikaruniai akal, manusia juga diberikan nafsu. Nafsu itulah yang mempengaruhi pendirian kita. Tentu saja disini nafsu Fujur (nafsu jahat). Karena ada nafsu Taqwa (yang cenderung kepada kebaikan), ada juga nafsu Fujur (sebaliknya). Tapi disini bukan untuk menjelaskan tentang nafsu.

Alasan lain, karena mungkin niatnya dalam beramal atau melakukan suatu kebaikan tidak ikhlas. Padahal Iblis pun tidak sanggup menggoda orang yang ikhlas. Kebanyakan diantara kita, yang menyebabkan goyahnya pendirian adalah masalah ekonomi.

Sikap istiqomah pernah dicontohkan oleh Rosulullah SAW, ketika dibujuk oleh pamannya Abu Thalib untuk meninggalkan dakwahnya. Rosululllah berkata : “Wahai pamanku, demi Allah, kalau mereka (orang kafir) meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan agama ini (dakwah), tidaklah aku akan meninggalkannya sehingga Allah SWT memberi kemenangan agama ini atau aku hancur di dalamnya”.

Contoh yang lain adalah, kisah Bilal yang tetap mengucapkan kata “Ahad)....ahad....ahad !”, meski dicambuk dan kulitnya melepuh karena dibakar diatas pasir panas dan ditindih batu yang besar diatas perutnya. Subhanallah !.

Bagaimana dengan kita ?.

Semoga kita diberikan taufik dan hidayah agar dapat Istiqamah dijalan-Nya untuk menggapai rohmat, maghfiroh, dan ridha-Nya. Sehingga hidup menjadi (lebih) bermakna. Amin

Tidak ada komentar: